Jumat, 08 Mei 2020

MENULIS APA YA (Bagian 1)



Apa yang harus kutulis? Duh, aku bingung. Walaupun si Facebook selalu mendorongku dengan kalimat seperti ini "Apa yang Anda Pikirkan" itu yang ditulis, tetap saja aku belum juga bisa memulainya. Kubuka dulu beberapa artikel yang sudah dimuat di Mbah Google. Siapa tahu dengan begitu, kutemukan ide. Kubaca beberapa tulisan. Semakin aku membuka dan membacai tulisan itu, bukan ide yang kutemukan, malah kebingungan kian bertambah. Apa ?
Aku mencoba-coba merangkai kata. Belum dapat satu baris, eh, si  HP ku berbunyi. Sontak saja ide yang telah berjam-jam baru kudapatkan itu terpotong. Fokus langsung tertuju pada chat WA yang masuk.
Tiba-tiba saja salah satu wajah guruku muncul. Aku masih ingat beliau pernah memotivasiku dengan ungkapan seperti ini,"Jangan berpikir apa yang harus ditulis, tapi tulislah apa yang sedang dipikir". Aku pikir-pikir, ungkapan itu ada benar juga, tetapi bukan tidak ada salahnya. Mungkin bagi mereka yang sudah terbiasa menulis, mereka dengan mudah menuangkan apa yang sedang dipikirkan menjadi rangkaian kata-kata, tetapi bagi orang seperti aku yang baru pertama belajar menulis, justru semakin bingung jika tidak berpikir dulu. Kadang, sudah berpikir pun masih bingung. Kalau pun kutulis apa yang sedang dipikir, yang ada, tulisanku hanya jadi 'curhat' atau 'corat-coret' atau 'dairy' atau apalah namanya. Ya seperti tulisan sekarang ini. Tetapi guru bilang bahwa untuk bisa membuat tulisan seperti artikel, opini, dan teman-temanya yang sejenis mereka itu, aku harus memilih bahan baku yang pas; mengolahnya dengan tepat agar enak, reyah, mengeyangkan (seperti makanan saja ya); dan menyajikannya secara menarik.
Sepertinya aku belum sanggup menulis yang seperti itu. Tulisan yang ini saja, setelah kubaca ulang dari awal, aku mesem-mesem sendiri. Ternyata ejaan dan tanda bacanya amburadul. Kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya asal nyambung. Tetapi, tak apa, anggap saja ini sebagai "Salam Silaturahim"-ku kepada seluruh wajah yang telah mungkin membaca coretan ini.
Sentul, 01 Mei 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PUISI

  MEMUISI SEPI   “Lockdown” bagaimana ini ramai menyepi jamaah memunfarid penuh menyedikit   “Sosial distancing” ini bagai...