Jumat, 08 Mei 2020

MENULIS APA YA (BAGIAN 2)



Di zaman milinial ini, aktivitas menulis menjadi trend. ‘Enggeh’ ‘atau pun ‘teu nggeh’ setiap hari kita menulis. “Ah, yang benar?” Mari kita ingat-ingat. Saat membalas Chat WA dari teman, kita menulis--selain simbol dan stiker. Saat membuat status, kita menulis. Saat mengungkapkan perasaan, baik di facebook, di twiter, di intagram, kita menulis. Bohong jika Anda bilang,”Saya tidak bisa menulis”. Sebetulnya tidak ada yang tidak bisa menulis, kecuali mereka yang tidak memiliki keinginan untuk menulis.
Anda mungkin berpikir begini,”Contoh yang tadi disebutkan itu kan nulisnya pendek-pendek, tidak seperti menulis cerpen atau artikel atau jenis tulisan yang lainnya.” Betul itu bukan salah. Tak ada salahnya Anda membuat tulisan yang agak panjang. Tak jarang, ketika kita sudah coba memulai menulis, tiba-tiba dihinggapi rasa takut: takut tulisannya jelek, takut gak nyambung, dan seabrek takut lainnya. Jauhkan rasa itu jika Anda akan menulis.
Berikut ini, saya sajikan tips menulis untuk pemula. Boleh dicoba jika berminat. Tetapi ini bukan rumus baku seperti matematika. Jika ada tips yang lain yang lebih pas, silahkan saja.
Awali dengan memotivasi diri untuk mau menulis. Setelah keinginan itu tumbuh. Mulai menulis. Menulis apa? Menulis apa saja yang Anda ketahui dan dekat dengan diri Anda. Jangan dulu terganggu dengan benar-salah ejaan dan tanda baca. Jauhkan dulu pikiran tentang kalimatnya padu atau paduwae, hindari dulu suudzon pada tulisan sendiri bahwa tulisan ini jelek. Jauhkan rasa takut ini, takut itu, dan setumpuk takut lainnya.
Mulai saja menulis, tulisan saja sebisa Anda. Tulis apa yang terpikirkan, apa yang terasakan, apa yang terlihat, apa yang terdengar, apa yang terkecap. Bagaimana memulai untuk menulis kalimat awalnya? Apa pun yang terlitas dalam pikiran, langsung saja dirangkaian menjadi hurup.
Terus saja tulis, setelah dapat beberapa paragraf, apalagi merasa sudah habis idenya. Coba cek baca. Barulah mulai perhatikan hurup dan tanda bacanya, setelah itu perhatikan kalimatnya. Jika ada yang lebih, kurangi.  Jika ada yang kurang, tambahi.
Tak masalah hanya dapat satu paragraf, Jika ide mentok, simpan dulu. Biarkan ide kita mengendap dan mencari tautan dari yang telah dituliskan sampai muncul kembali ide lanjutan.
Jangan percaya tips ini jika Anda belum mencobanya. Jika Anda sudah mencoba, tetapi tulisan Anda masih tidak jadi, itu bukan berarti tipsnya yang keliru apalagi penulisnya, melainkan Anda harus mencoba dan mencoba lagi. Selamat mencoba.
Rawa Denok, 07 Mei 2020
MENULIS APA YA (Bagian 1)



Apa yang harus kutulis? Duh, aku bingung. Walaupun si Facebook selalu mendorongku dengan kalimat seperti ini "Apa yang Anda Pikirkan" itu yang ditulis, tetap saja aku belum juga bisa memulainya. Kubuka dulu beberapa artikel yang sudah dimuat di Mbah Google. Siapa tahu dengan begitu, kutemukan ide. Kubaca beberapa tulisan. Semakin aku membuka dan membacai tulisan itu, bukan ide yang kutemukan, malah kebingungan kian bertambah. Apa ?
Aku mencoba-coba merangkai kata. Belum dapat satu baris, eh, si  HP ku berbunyi. Sontak saja ide yang telah berjam-jam baru kudapatkan itu terpotong. Fokus langsung tertuju pada chat WA yang masuk.
Tiba-tiba saja salah satu wajah guruku muncul. Aku masih ingat beliau pernah memotivasiku dengan ungkapan seperti ini,"Jangan berpikir apa yang harus ditulis, tapi tulislah apa yang sedang dipikir". Aku pikir-pikir, ungkapan itu ada benar juga, tetapi bukan tidak ada salahnya. Mungkin bagi mereka yang sudah terbiasa menulis, mereka dengan mudah menuangkan apa yang sedang dipikirkan menjadi rangkaian kata-kata, tetapi bagi orang seperti aku yang baru pertama belajar menulis, justru semakin bingung jika tidak berpikir dulu. Kadang, sudah berpikir pun masih bingung. Kalau pun kutulis apa yang sedang dipikir, yang ada, tulisanku hanya jadi 'curhat' atau 'corat-coret' atau 'dairy' atau apalah namanya. Ya seperti tulisan sekarang ini. Tetapi guru bilang bahwa untuk bisa membuat tulisan seperti artikel, opini, dan teman-temanya yang sejenis mereka itu, aku harus memilih bahan baku yang pas; mengolahnya dengan tepat agar enak, reyah, mengeyangkan (seperti makanan saja ya); dan menyajikannya secara menarik.
Sepertinya aku belum sanggup menulis yang seperti itu. Tulisan yang ini saja, setelah kubaca ulang dari awal, aku mesem-mesem sendiri. Ternyata ejaan dan tanda bacanya amburadul. Kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya asal nyambung. Tetapi, tak apa, anggap saja ini sebagai "Salam Silaturahim"-ku kepada seluruh wajah yang telah mungkin membaca coretan ini.
Sentul, 01 Mei 2020

PUISI

  MEMUISI SEPI   “Lockdown” bagaimana ini ramai menyepi jamaah memunfarid penuh menyedikit   “Sosial distancing” ini bagai...